Rabu, 17 Februari 2010

Dampak Narkoba pada HIV

Umumnya, narkoba tidak langsung mempengaruhi infeksi HIV. Namun beberapa pakar menganggap bahwa jumlah sel CD4 orang di Indonesia yang terinfeksi HIV melalui penggunaan narkoba suntikan lebih cepat menurun sehingga mereka sampai ke masa AIDS rata-rata lima tahun setelah terinfeksi (biasanya masa ini dianggap rata-rata 7-10 tahun). Hal ini sulit dibuktikan, karena Odha jarang mampu menentukan secara tepat kapan dirinya tertular HIV, dan diagnosis HIV-nya mungkin dilakukan beberapa tahun setelah terinfeksi. Lagi pula, mungkin dampak ini diakibatkan oleh kehidupan yang semrawut dan kurang sehat (yang sering dialami oleh pengguna narkoba).

Satu penelitian menunjukkan bahwa perempuan dengan HIV yang memakai kokain, heroin atau metadon, atau menyuntikkan narkoba apa pun, mengalami 65% lebih banyak penyakit terkait AIDS selama lima tahun dibandingkan dengan Odha perempuan lain. Namun tidak ditemukan kaitan yang bermakna antara penggunaan narkoba ini dengan jumlah CD4, viral load HIV-nya, atau angka kematian. Kemungkinan pengguna narkoba secara umum lebih rentan terhadap infeksi apa pun, dan pengguna narkoba terinfeksi HIV lebih rentan lagi.

Ada anggapan bahwa penggunaan kokain meningkatkan viral load HIV. Hal ini dibuktikan oleh penelitian terhadap tikus. Diperkirakan penggunaan kokain mempengaruhi sel CD4, yang memungkinkan HIV lebih mudah masuk sel tersebut.

Demensia (kerusakan pada otak; lihat LI 504) terkait AIDS juga dapat didorong oleh penggunaan kokain atau metamfetamin.


Dampak HIV pada Kesehatan Pengguna Narkoba

Sekali lagi, umumnya tidak ada dampak khusus oleh HIV pada kesehatan pengguna narkoba. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa penggunaan kokain oleh Odha berhubungan dengan kerusakan pada pembuluh darah dalam jantung.

Dampak Narkoba pada ART

Dampak terbesar oleh penggunaan narkoba pada terapi ARV (ART) adalah pada kepatuhan. Walaupun ada pengguna narkoba aktif yang terbukti patuh, jelas hidup yang cenderung semrawut dapat mempengaruhi kepatuhan. Pengguna aktif membutuhkan lebih banyak dukungan agar tetap patuh, dan mungkin harus diingatkan terus-menerus agar tidak lupa obatnya. Salah satu solusi adalah terapi pengalihan dengan metadon (lihat LI 670) atau buprenorfin (LI 671). Klien layanan metadon harus lapor ke klinik setiap hari untuk mendapat dosisnya, dan hal ini memungkinkan pemberian ART dengan pengawasan langsung sekali sehari; jelas upaya ini lebih efektif bila dipakai rejimen yang hanya harus diminum sekali sehari.

Banyak Odha dengan latar belakang penggunaan narkoba juga terinfeksi virus hepatitis atau mengalami kerusakan pada hati. Karena kebanyakan ARV diuraikan oleh hati, kerusakan pada hati dapat mempengaruhi ART. Ada beberapa ARV yang dapat menimbulkan/meningkatkan kerusakan pada hati. Jadi kesehatan hati harus dipantau secara hati-hati waktu memakai ART.

Penggunaan beberapa narkoba juga dapat meningkatkan kerusakan pada hati. Alkohol paling berbahaya sebagai pengrusak hati; Odha dengan hepatitis sebaiknya menghindari total penggunaan alkohol.

Namun belum ada bukti bahwa alkohol berinteraksi secara bermakna dengan ARV atau obat lain. Jadi untuk yang mempunyai hati yang sehat, tidak ada dampak negatif pada HIV dari penggunaan alkohol, asal tidak dipakai secara berlebihan.

Salah satu protease inhibitor (PI), yaitu ritonavir (lihat LI 442), berinteraksi dengan amfetamin (termasuk MDMA/ekstasy, GHB, dan metamfetamin/sabu), dengan akibat yang dapat menjadi gawat. Oleh karena itu, ritonavir tidak boleh dipakai oleh pengguna amfetamin. Larangan ini termasuk penggunaan ritonavir sebagai penguat untuk PI lain; hampir semua PI sekarang dilengkapi dengan ritonavir. Jangan lupa bahwa Kaletra/Aluvia (LI 446) mengandung ritonavir.

Efavirenz dan nevirapine berinteraksi dengan fenobarbital. Karena interaksi ini dapat gawat, obat ini sebaiknya tidak dipakai bersama.

Efavirenz dan semua PI berinteraksi dengan jenis benzodiazepin. Alprazolam (Xanax), diazepam (Valium), midozolam (Versed), triazolam (Halcion) dan kebanyakan benzodiazepin lain tidak boleh dipakai bersama dengan efavirenz atau PI.

Tampaknya tidak ada interaksi yang bermakna antara ARV apa pun dengan heroin, kokain, mariyuana, atau alkohol.

Garis Dasar

Penggunaan narkoba dapat berpengaruh pada kelanjutan penyakit HIV dan penggunaan ART. Walaupun sebaiknya kita menghindari penggunaan narkoba bila kita HIV-positif, kita juga harus sadar bahwa ‘katakan tidak saja’ tidak selalu mungkin. Bila kita tetap memakai narkoba, sebaiknya kita mengerti dampaknya. Lagi pula, ada baik bila kita membahas penggunaan narkoba (dan semua obat lain, termasuk jamu) dengan dokter.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar